1 Jun 2017

Jambi Paradise, Secercah (Surga) di Kota Jambi

Jambi Paradise merupakan sebuah taman wisata alam buatan yang relatif masih baru di kota Jambi. Tempat ini bisa menjadi semacam oase bagi warga Jambi pada umumnya dan juga kami yang sangat menyukai wisata alam. Karena wisata alam di kota Jambi sendiri bisa dibilang masih terbatas pilihannya ditambah lagi dengan banyaknya pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan di kota ini.

Tempat ini menawarkan wisata air yang berbeda dengan tempat wisata yang telah ada. Mata kita akan dimanjakan dengan bendungan air yang luas dengan ribuan ikan dan di setiap sisi kiri dan kanannya ditumbuhi tanaman "pucuk merah" yang sungguh indah, selain itu ada juga beraneka wahana permainan yang bisa kita nikmati. Harga tiket masuk Rp 20.000,- berdasarkan informasi pada saat awal pembukaan dulu pengunjung dikasih satu kantung kecil pakan ikan sewaktu membeli tiket masuk, namun pada saat kami datang tampaknya promo itu sudah tidak berlaku lagi. Pakan ikan bisa dibeli terpisah di area dekat kolam.

Jambi Paradise terletak di kecamatan pall merah, lebih tepatnya terdapat di dalam kawasan simpang acai. Kurang lebih jarak dari simpang acai sekitar 3 kilometer. Kalau dari Bandara Sultan Thaha objek wisata ini berjarak 7,5 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit melalui Jalan Soekarno-Hatta. Bagi yang tinggalnya tidak di sekitaran kota Jambi mungkin agak susah untuk menemukan lokasi ini, karena papan penunjuk arah cuma ada satu di simpang acai. Akses jalan cukup baik walaupun tidak terlalu lebar. Kita akan melewati hutan, kebun dan rumah penduduk sebelum sampai ke lokasi. Berdasarkan pengamatan, belum ada angkutan umum ke lokasi ini, jadi kita harus menyiapkan kendaraan pribadi atau carter untuk ke Jambi Paradise.
Tampak Depan

Anak-anak senang bermain di taman
Banyak spot untuk foto-foto
Untuk jam operasional, pengunjung bisa datang sekitar jam 8 pagi. Sebab dari pengalaman jam 8 lewat kami sudah diizinkan memasuki kawasan ini. Dan kenapa harus pagi salah satu alasannya yaitu “cuaca masih teduh” sebab jika kita datang diatas jam 10. Maka siap-siap bertahan dengan terik matahari kota Jambi yang “lumayan”. oh ya rekomendasi jangan lupa bawa payung agar perjalanan berkeliling di area Jambi Paradise menjadi nyaman karena pepohonan yang ditanam disini belum cukup rindang.

Bagi yang ingin berkunjung, dan mengeliling area ini selain berjalan kaki maka juga disediakan penyewaan sepeda, ATV (All Terrain vehicle), penyewaan perahu, dan speed boat. Sepeda dan ATV diperuntukan untuk mengitari area darat, sedangkan perahu dan speed boat untuk mengitari area air. Tersedia juga food court, namun dengan harga makanan yang cukup mahal dibandingkan di luar lokasi. Saran saya sih, bawa aja bekal kalau mau lebih irit :)


setiap wahana air selalu disiapkan live vest
numpang nampang :)
Ada wahana gratis dan berbayar, ini gratis :)
Pengalaman saya kemarin menggunakan perahu untuk mengitari air. Cukup mengeluarkan kocek Perahu Kecil Rp. 20.000, Perahu Sedang Rp.30.000 dan Perahu Besar Rp. 50.000. Pilihan tersebut disesuaikan dengan banyaknya penumpang yang akan menaiki perahu. Namun jika kita takut menggunakan perahu yang notabene kita mendayung sendiri, maka disediakan speed boat yang akan dipandu oleh petugas setempat. Ada juga bebek-bebekan yang dikayuh sebagai alternative lain.

Bagi yang suka berfoto ada beberapa spot foto favorit, salah satunya di dermaga tepi danau buatan. Pola wooden deck pada dermaga mengikuti lengkungan danau buatan ini, menciptakan kombinasi yang oke ketika mengambil sudut fotografi dari posisi yang tepat. Wajar saja lokasi ini kerap kali dijadikan sebagai area foto pre wedding bagi calon pengantin.

Ada juga wahana bola air
Banyak ikan
Sangat cocok untuk wisata bersama keluarga

Terima Kasih karena Rumah Kita Masih Berantakan

Alhamdulillah bulan Ramadhan telah tiba, bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Alhamdulillah, ini adalah Ramadhan ke-4 saya di kota ini. Dari ke-4 Ramadhan tersebut, 3 diantaranya saya lalui sendirian tanpa keluarga termasuk sekarang. Yang paling terasa berbeda tentu suasana rumah, rumah yang dulu selalu ramai, berantakan dengan mainan anak yang berantakan dimana-mana, suara tawa tangisan maupun nyanyian anak-anak selalu memenuhi setiap sudut rumah. Walaupun terkadang capek dan risih dengan kondisi rumah, tetapi harus saya akui itu jauh lebih bahagia. Kini, tanpa anak-anak dompet kita akan tebal, rumah kita akan rapi, tapi hati kita kosong. Selamat Berpuasa.

Kuala Tungkal, 6 Ramadhan 1438H









13 Apr 2017

Masih di Kuala Tungkal

    Tepat pada hari ini adalah tahun ketiga saya mengabdi di "Bumi Serengkuh Dayung Serentak ke Tujuan" atau kota Kuala Tungkal. Sebuah kota pelabuhan yang cukup ramai di masa jayanya, yang masih sering saya dengar dari orang-orang asli sini atau yang besar di tahun '80-'90an.
    Pada saat bandara Sultan Thaha di Jambi belum seramai sekarang ini, disaat tiket pesawat masih sangat mahal, dan transportasi darat belum memadai dikarenakan akses jalan yang sangat buruk saat itu, transportasi melalui jalur air baik itu melalui perahu pompong atau kapal yang lebih besar menjadi primadona. Hal itulah yang menjadikan kota Kuala Tungkal menjadi kota pelabuhan di muara sungai Pengabuan yang cukup ramai.
    Kegiatan ekonomi masyarakat terutama disekitar pelabuhan sangat semarak. Berbagai macam barang dari luar negeri baik yang legal maupun tidak, banyak yang masuk ke Kuala Tungkal. Sehingga Kuala Tungkal sempat menjadi primadona bagi para pencari barang-barang luar negeri terutama barang bekas dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Bahkan dulu mobil mewah atau moge juga sempat masuk melalui pelabuhan ini.
    Namun kini, seiring dengan diperbaikinya akses jalan dan juga harga tiket pesawat yang cukup bersaing, maka popularitas angkutan air pun ikut menurun. Pun demikian, barang-barang luar negeri juga terkena imbasnya dengan diperketatnya peraturan dan pengawasan dari pemerintah. Saat ini barang bekas "impor" yang lazim dijumpai di Kuala Tungkal antara lain kasur, alat elektronik, sepeda dan baju.
Untuk "merayakan" tahun ketiga saya di kota ini maka saya ingin memotret kota ini terutama dari identitas lamanya yaitu sebagai kota pelabuhan.

Jembatan Water Front City, "Ikon" baru Kuala Tungkal

Rumah kayu yang bertahan diantara bangunan beton

Sebagai kota pelabuhan, masyarakat Tungkal juga banyak yang berprofesi sebagai nelayan

Salah satu sudut "Kampung Nelayan"

Perahu sebagai alat transportasi masyarakat

Pelabuhan penyeberangan Ro-Ro yang akan diresmikan Presiden Jokowi

Senja di "Ancol Beach"

Perahu kayu untuk mengangkut barang

Nelayan pulang melaut

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com